Sabtu, 20 November 2010

4 Lilin

“Life ends when you stop dreaming .....
Hope ends when you stop believing”

Kebanyakan orang mungkin pernah membaca kata-kata yang sangat sarat dengan makna ini, dan setelah saya renungkan memang ternyata maknanya sangat bijak dan mampu memberikan pandangan kepada kita dalam menjalani hari-hari yang penuh dengan berbagai masalah. Setiap orang punya mimpi, mimpi untuk menjadi lebih baik dan terbaik. Tidak ada orang yang tidak ingin bahagia dan tenang dalam menjalani hidupnya, namun apakah kebahagiaan, ketenangan serta mimpi-mimpinya itu bisa didapatkan dengan begitu saja? Bagaimana cara mendapatkannya?

Kita memang harus bermimpi, memimpikan tentang apa yang kita inginkan ke depan. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu tentunya kita harus segera mulai mempersiapkan langkah untuk berlari ke sana. Namun untuk dapat sampai ke garis finish itu banyak hal yang harus dilalui, seperti adanya berbagai problematika hidup yang seringkali datang menghampiri tanpa henti, bahkan terkadang hingga membuat sebagian orang berhenti dari mimpinya. Masalah, luka, sakit yang tak pernah mau pergi, berbagai hal lain yang tidak menyenangkan dan
diinginkan membuat sebagiannya tak pernah mampu mencapai garis finish tersebut. Pada saat itulah harapan hilang, Harapan memang akan hilang dan musnah pada saat kita tidak percaya lagi bahwa mimpi itu ada, mimpi itu dapat diwujudkan dan kita bisa menggapainya. Alangkah sayangnya mereka yang telah kehilangan mimpi dan harapan karena dengan begitu semuanya telah berakhir. Sedikit renungan yang mungkin bisa bermanfaat bagi siapa saja yang ingin menghidupkan kembali harapan-harapannya yang mungkin pernah hampir padam.

Saya sangat tertegun waktu membuka beberapa slide powerpoint yang dikirimkan seorang temen ke email saya. Sebuah cerita tentang perbincangan 4 batang lilin. Empat lilin menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh, suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka:

  1. Yang pertama berkata, “Aku adalah damai, namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja”. Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin pun padam.
  2. Yang kedua berkata, “Aku adalah iman, sayang aku tak berguna lagi, manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala”. Begitu selesai bicara, tiupan angin pun memadamkannya.
  3. Dengan sedih giliran lilin ketiga berkata, “Aku adalah cinta, tak mampu lagi aku untuk tetap menyala, manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna, mereka saling membenci bahkan membenci mereka yang mencintainya.” Tanpa menunggu lama maka matilah lilin ketiga.
  4. Tanpa terduga..., seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam, karena takut akan kegelapan itu, ia berkata, “Eh.., apa yang terjadi?”. “Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan!”. Lalu ia menangis tersedu-sedu. Lantas, dengan rasa haru lilin keempat berkata, “Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya”.
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil lilin terakhir yang merupakan harapan untuk bisa menghidupkan ke 3 lilin lainya yang telah mati, lalu ia pun menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah harapan yang ada dalam hati kita, semoga kita dapat menjadi alat seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali iman, damai, cinta dan lainnya dengan harapannya. Tetaplah menjaga agar harapan kita selalu menyala, karena dengan harapan itulah kita akan mampu melewati apapun yang menjadi penghalang dalam kita menggapai apa yang kita inginkan. Sekecil apapun harapan itu, dia tetap akan mampu memberikan jalan dan penerangan dalam sekecil apapun kesempatan

By: Indra Lila Kusuma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar