Sabtu, 20 April 2013

GADIS KECIL BERHATI SAMUDERA ( Kisah Nyata)

Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin dan berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.

Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun yang mengatur pemakamaannya sendiri akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka mengirim e-mail ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Tionghoa di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah siap untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan. Ada seorang teman di-email bahkan menulis, “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”


Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata bahwa dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.

Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, kemudian dengan tersenyum menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari e-mail.
Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 Agustus Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudian berkata, “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itu lalu menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik.” Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, “Tante Fu Yuan”, dan diakhiri dengan, “Selamat tinggal Tante Fu Yuan.”

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Di belakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong… dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar, “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya, biar mereka lekas sembuh.”  Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. “Saya pernah datang, saya sangat patuh,” demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instan dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dunia. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan gadis kecil yang cantik lagi suci yang berhati mulia. Ia telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah ‘malaikat kecil’ di atas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah…. ”

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan. Di depan makamnya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Di atas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 Nov 1996 – 22 Agust 2005). Di belakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di Rumah Sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis di raut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupanmu, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami di atas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orangtuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba kekurangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama.

Ini contoh bagi kita untuk mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, dan memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih. 


Ada satu kepastian diantara ketidakpastian dalam kehidupan manusia, secara sadar atau tidak, manusia sesungguhnya menuju kepada-Nya. Tidak perduli apakah ia siap atau tidak, tua atau muda, cepat atau lambat. Bagi sebagian manusia, ia hanyalah proses alamiah dalam sebuah kehidupan. Menjadi akhir peristirahatan dari segala kegalauan. Bagi sebagian lain ia adalah awal dari sebuah kehidupan. Itulah "KEMATIAN". Pokoknya, setiap yang berjiwa baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya akan merasakan mati, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati...” (Ali Imaran ayat 185). Di lain ayat,  Allah menerangkan bahwa kematian itu terjadi atas izin-Nya sebagai sebuah ketetapan yang telah ditentukan waktunya, sebagaimana firman-Nya, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya...” (Ali Imran ayat 145)


Ibarat sebuah sungai, muaranya merupakan merupakan pintu gerbang samudra. Begitu pula dengan kematian, ia adalah muara bagi pintu gerbang samudra kehidupan yang luas dan kekal.

Sesungguhnya manusia telah memilih bagaimana akhir kehidupannya. Dan pilihan itu ada pada bagaimana ia menjalani kehidupannya. Sebagaimana ia menjalani kehidupannya seperti itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya. Karena sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju kematian kita. Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, “kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata”’ ( Jum’ah ayat 8). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (An-Nisa ayat 78).

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan akan menima kepada setiap yang berjiwa. Yang jadi masalah adalah tidak ada yang tahu kapan kematian itu akan menimpa,  Rasulullah sendiri pun tidak diberitahu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita. ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali Imran ayat 102).

Kita umat manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya untuk mengabdi atau beribadah saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Adz-Dzariyaat ayat 56). Ayat ini menunjukkan bahwa kita umat manusia sesungguhnya diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya untuk mengabdi atau beribadah saja. Namun kebanyakan manusia menjadi lengah, teledor dan bahkan ada yang sengaja melupakan kewajiban beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang-orang yang berfikir secara kerdil dan menjatuhkan diri kepada keduniawian akan berlari dengan segala kemampuan yang ada dari kematian. Kematian merupakan momok yang menakutkan yang akan mengambil segala yang telah diusahakan selama hidupnya. Padahal jauh berabad-abad dahulu Rosulullah telah mengingatkan, “Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)”. (HR. Tirmidzi). Pada jaman sekarang ini, manusia kebanyakan berlomba-lomba dalam kemegahan, menumpuk-numpuk harta, mereka tidak akan merasa puas, kecuali maut datang menjemputnya sebagaimana disitir dalam firman Allah : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur” (Al-Takaatsur ayat 1-2). Ingatlah, kita semua akan mati, dikubur dan di dalam kubur bila amal kita baik selama di dunia, kita akan mendapat kenikmatan. Namun, jika kita termasuk golongan kaum yang mungkar, fasik, menafik maka siksa kubur sangat dahsyat. Sementara manusia-manusia yang cerdas menjadikan kehidupannya bukan hanya sebagai sarana menghadapi dan mempersiapkan kematian, namun menjemput kematian melalui seni kematian. Paradigma seni kematian memang masih aneh dalam fikiran masyarakat saat ini. Kematian hanyalah kematian. Bagaimana mungkin sesuatu yang nafsu membenci bertemu dengannya menjadi sesuatu yang jiwa bergairah berjumpa dengannya? Inilah salah satu ajaran Islam yang agung, mengatur dari hal-hal kecil kehidupan sampai bagaimana menjemput kematian dalam koridor-Nya.

Dalam kehidupan ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada sebagian orang, nikmat yang banyak, malah kadang-kadang sampai melimpah ruah. Nikmat itu adakalanya berupa kesehatan, kekayaan, kemampuan dan lain-lain. Sebagai tanda syukur terhadap nikmat-nikmat yang tak terhingga jumlahnya itu, sudah sewajarnyalah jika manusia mempergunakannya untuk perbuatan-perbuatan kebajikan.

Dalam Al-Qur'an banyak sekali dijumpai ayat-ayat yang mendorong supaya mengerjakan kebajikan, salah satu diantaranya Surat Al-Baqarah ayat 148, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesunguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak orang yang memperoleh nikmat atau kelebihan itu justru dipergunakan untuk perbuatan-perbuatan kejahatan. Betapa banyak orang-orang kaya yang memprgunakan nikmat yang dikaruniakan kepadanya untuk melampiaskan hawa nafsunya. Ada juga orang-orang yang berkuasa untuk menumpuk kejahatannya atau sekurang-kurangnya memberi kesempatan untuk mendorong dan mengembangkan kejahatannya, padahal dia berwenang untuk mencegahnya.

Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sahal bin Sa'ad menyatakan, "Kebajikan itu adalah laksana suatu perbendaharaan. Tiap-tiap perbendaharaan mempunyai anak kunci. Berbahagialah manusia yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala anak kunci pembuka kebajikan dan pengunci bagi kejahatan. Celakalah manusia yang memegang anak kunci pembuka kejahatan dan pengunci (penutup) kebaikan". Marilah kita berlomba-lomba mengejar kebajikan (fastabiqul khairot). Dan dalam mengejar kebajikan itu bukanlah terbatas mengenai masalah ibadah dan amal sholeh saja, akan tetapi semua perbuatan, sikap dan tindakan yang baik atau mendatangkan kebaikan kepada orang lain atau masyarakat.

Dalam hubungan ini, Sayid Sabiq dalam bukunya "Islamuna" merinci perbuatan kebajikan adalah taat kepada Allah, membiasakan pekerjaan-pekerjaan yang berfaedah, berlaku ikhlas, berniat baik, melakukan kebaikan terhadap keluarga, mengeluarkan perkataan yang baik-baik, pendeknya tiap-tiap perbuatan yang menguntungkan kepada orang lain dan masyarakat.

Wallahu’alam Bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar