Laman
▼
Selasa, 24 Februari 2015
Kamis, 19 Februari 2015
=My Idiot Brother=
"Kisah Sedih dan Inspiratif Pengorbanan Seorang Kakak"
Sebenarnya apa sih arti kebahagiaan. Buat gua, kebahagian itu dilihat
dari siapa saja yang ada di sekitar kita. Buat gua, kebahagiaan itu.
Seharusnya dalam hidup gua, hanya ada orang-orang yang berarti. Tapi,
sayangnya kebahagiaan yang gua miliki rasanya dikotorin oleh pikiran gua
sendiri.
Alkisah, gua punya keluarga lengkap, ayah, ibu dan
seorang kakak laki-laki. Tapi kakak laki-laki gua ini sangat berbeda.
Dia seperti penghalang kebahagiaan dalam hidup gua, bukan karena dia
pinter ataupun bisa merebut kasih sayang orang tua gua. Tapi karena dia
idiot. tapi dari dia, gua belajar akan satu hal, satu hal yang
mengajarkan bahwa dialah malaikat dalam hidup gua yang berwujub manusia
Idiot dalam arti kata bego, cacat dan bikin malu gua sebagai adik.
Ga ada yang bisa gua banggakan dari dia, umurnya uda 5 tahun lebih tua
dari gua, tapi begonya seperti 10 tahun lebih mudah dari gua. Gua gak
heran, nyokap sampai harus rela nunda kelahiran gua 5 tahun kemudian,
hanya demi merawat dia. Dalam bahasa kedokteran, dia itu kena sindrom
Down yang bikin otak dia itu bego. Ga penting apa penyakit yang dia bawa
sejak lahir, seharusnya dia itu ga pernah ada aja, karena menurut gua,
dia itu hanya bikin malu gua.
Sejak kecil, gua selalu bilang ke
nyokap. Kalau mau jemput gua di sekolah, jangan pernah bawa Hendra (
nama kakak gua) atau gua ga akan pernah pulang bareng mereka. Nyokap
tetap cuek aja bawa kakak gua itu. Akhirnya kalau mereka datang, gua
kabur dari sekolah dan memilih pulang sekolah dengan jalan kaki.
Sampai di rumah, nyokap bakal marah sama gua dengan kata2 yang sama,
“ Angel, kamu ini ga tau berterima kasih, Mama sama kakak kamu sudah cape2 jemput kamu, kenapa malah kabur?”
“ Siapa bilang Angel kabur?”
“ Kakak kamu walau seperti ini, tapi dia itu gak akan lupa muka adiknya yang lari dari dia?”
Gua terdiam dan bisa bayangkan kalau kakak gua nunjuk2 tangannya saat gua berusaha lari dari mereka,
“ Siapa suruh bawa dia, Angel kan malu punya kakak bego kayak gitu..
angel sudah bilang jangan jemput kalau ada dia.. ” kata gua langsung
lari ke kamar.
Gua, ga pernah mau mengerti? Apakah kalimat yang gua
ucapin itu, bisa membuat kakak gua ngerti kalau gua ga suka sama dia.
Tapi kalimat itu cukup bikin nyokap marah. Ga peduli ya.. yang penting.
Gua gak mau diledekin teman-teman karena punya kakak idiot seperti dia.
***
Kisah Motivsi Islam Domba dan Pemuda
Pada suatu masa, hiduplah seorang pemuda perantau. Dari ujung utara ke
ujung selatan sudah habis dijelajahinya. Banyak pengalaman hidup yang
telah diperolehnya. Banyak hal yang telah dicobanya, tak peduli itu baik
ataupun buruk, hingga suatu hari ia tiba di sebuah desa yang begitu
sepi. Tempat pertama yang dikunjunginya adalah padang rumput yang begitu
segar.
Baru saja ia hendak duduk, seekor domba menghampirinya. Rupanya domba
itu mengincar rumput segar di sebelah pemuda tersebut. Begitu melihat
domba yang putih bersih itu. Terbesitlah keinginan si pemuda untuk
menjadikan hewan tersebut teman seperjalanannya. Ia yang memang menyukai
domba. Namun, adakah yang memiliki domba ini? Bagaimana kalau kuambil
saja? Terbetik niat buruk tersebut dalam hatinya.
“Aku menginginkan dombamu itu.” Gumamnya pelan di samping sang domba.
Tanpa diduga, tiba-tiba domba itu berbicara. “Siapa kau?”
Sang pemuda pun terkejut namun segera menguasai diri. “Aku pemuda dari
perantauan.” ucapnya. “Aku menginginkanmu. Bagaimana kalau kau ikut aku
berkeliling dunia?”
“Tidak. Aku tidak bisa pergi tanpa seizin pemilikku. Apalagi kau orang
asing bagiku.” Jawab si domba sambil terus mengunyah rumput. “Apa yang
bisa kau perbuat?”
Pemuda itu menggeleng. “Entahlah. Yang jelas aku menginginkanmu, wahai domba.”
“Baiklah, kalau begitu temui pemilikku. Rumahnya ada di pelosok kota.”
“Hah, buang-buang waktu saja aku pergi ke rumahnya!” pikir si pemuda.
“Beliau di sana, aku di sini. Terlalu jauh. Ayolah, ikut aku, aku
berjanji akan merawatmu. Kita akan bersenang-senang bersama.” Bujuk si
pemuda.
Kisah Motivasi Sahabat Perangkap Tikus
Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati sang
petani dan istrinya, saat membuka sebuah bungkusan. Ada mainan pikirnya.
Tapi dia terkejut sekali, ternyata bungkusan itu berisi perangkap
tikus. Lari kembali ke ladang pertanian itu, tikus itu menjerit memberi
peringatan, “Awas ada perangkap tikus di dalam rumah, hati-hati ada
perangkap tikus di dalam rumah!”
Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruki tanah,
mengangkat kepalanya dan berkata. ‘Ya, maafkan aku Pak Tikus. Aku tahu
memang ini masalah besar bagi kamu, tapi buat aku secara pribadi tidak
ada masalah. Jadi jangan buat aku sakit kepala lah.”
Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing. Katanya, “Ada perangkap
tikus di dalam rumah, sebuah perangkap tikus di dalam rumah!”
‘Wah aku menyesal dengan kabar ini.” Si kambing menghibur dengan penuh
simpati. “Tetapi tidak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali
berdo’a. Yakinlah, kamu senantiasa ada dalam do’a-do’aku!”
Tikus kemudian berbelok menuju si lembu.
‘Oh! Sebuah perangkap tikus?” jadi saya dalam bahaya besar ya?” kata lembu sambil ketawa, berteleran air liur.
Jadi tikus itu kembalilah ke rumah dengan kepala tertunduk dan merasa
begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus
itu sendirian. Ia merasa sungguh-sungguh sendiri.
Malam tiba, dan terdengar suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi
perangkap tikus yang berjaya menagkap mangsa. Istri petani berlari
melihat apa saja yang terperangkap. Di dalam kegelapan itu dia tak bisa
melihat bahwa yang terjebak itu adalah seekor ular berbisa. Ular itu
sempat mematok tangan istri petani itu. Petani iktu bergegas membawanya
ke rumah sakit.
Si istri kembali ke rumah dengan tubuh mungil, demam. Dan sudah menjadi
kebiasaan, setiap orang sakit demam, obat pertama adalah memberikan sup
ayam segar yang hangat. Petani itupun mengasah pisaunya, dan pergi ke
kandang, ,mencari ayam untuk bahan supnya.
Tapi, bisa itu sungguh jahat, si istri tak kunjung sembuh. Banyak
tetangg yang datang membesuk dan tamupun tumpah ruah ke rumahnya. Iapun
harus menyiapkan makanan, dan terpaksa kambing di kandang itu dijadikan
gulai. Tapi itu tidak cukup, bisa itu tak dapat taklukan. Si istri mati,
dan berpulh orang datang untuk mengurus pemakaman, juga selamatan. Tak
ada cara lain, lembu di kandang itupun dijadikan panganan untuk puluhan
rakyat dan peserta selamatan,
"Kawan, apabila kamu dengar ada seseorang yang menghadapi masalah dan
kamu pikir itu masalah itu tidak ada kaitannya dengan kamu, ingatlah
bahwa apabila ada “perangkap tikus” di dalam rumah, seluruh “ladang
pertanian” ikut menanggung resikonya. Sikap mementingkan diri sendiri
lebih banyak keburukan daripada kebaikanya
Cerita Motivasi Dulu Dianggap Pengemis, Sekarang Bos
Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak
itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik
“Cahaya Baru”
Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untuk membeli mobil. Ketika akan
masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan
mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun
segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.”
Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.
Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena
menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show
room,” kenang Sugimun tersenyum.
Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini
adalah pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek dan
Magetan, Jawa Timur.
Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah
tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang
cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.
Sugimun memberi nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan dimaksudkan
untuk mewakili sebuah harapan harapan baru bagi diri dan keluarganya,
Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa
ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari
keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan
formal. “Sekolah TK saja enggak pernah,” kenangnya.
Perubahan kehidupan Sugimun berawal pada usia 19 tahun. Ketika itu,
seorang aparat desa beberapa orang dari Dinas Sosial datang ke rumahnya.
Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi
sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB)
“Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Ditempat tersebut Sugimun
mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A.
“Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya
penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan
ada yang lulusan SMA,” kenangnya. Sedangkan dirinya belum mengenal baca
tulis.
Namun karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada
orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia
belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas
angin, televise, dan lain sebagainya.” Katanya.
Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang
kampung. Namun ia tidak punya aktivitas di desanya. Akhirnya ia mencoba
mencari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan
berujung pada penolakan. “Mungkin mereka menilai saya tidak cukup mampu
bekerja dengan baik karena kondisi fisik seperti ini,” kenangnya,
Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar
pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri
menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun karena
suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang
kampung.
Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia
kembali mendapatkan penolakan, “Hal ini membawa saya pada kesimpulan
bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja,”
katanya.
Cerita Motivasi Kerja dari Semut dan Lalat
Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah
di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak
menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas
terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan
yang penuh dengan makanan lezat.
Cerita Motivasi Kerja dari Semut dan Lalat
|
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan
segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan
terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah
terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi
kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia
bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang
kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu
kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari
kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari
makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok
paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan
beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika
menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan
beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu
pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang
mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih
tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu
sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya
mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras
berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan
jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat
dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan
bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah
berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu
menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah
mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang
sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak
seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada
lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara
yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan
seperti lalat ini.”
"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda
KISAH POHON APEL DAN SEORANG ANAK LAKI-LAKI
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.
Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.
Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu.
Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel.
Wajahnya tampak sedih.
"Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu.
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon
apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.
Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.
Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu.
"Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.
Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.